Profil Desa Kadumanis

Ketahui informasi secara rinci Desa Kadumanis mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kadumanis

Tentang Kami

Desa Kadumanis di Kecamatan Salem, Brebes, merupakan potret wilayah agraris di kaki Gunung Kumbang yang berjuang bangkit pasca-isolasi akibat bencana alam. Dikenal dengan potensi wisata air terjun dan kopi, desa ini fokus pada pemulihan infrastruktur dan

  • Ketangguhan Menghadapi Bencana

    Desa Kadumanis menunjukkan resiliensi tinggi dalam menghadapi bencana alam longsor dan banjir yang berulang kali memutus akses vital, mendorong upaya gotong royong dan pembangunan infrastruktur darurat

  • Potensi Alam yang Belum Tergarap

    Dikelilingi perbukitan dan aliran Sungai Cigunung, desa ini memiliki sejumlah air terjun seperti Curug Cileles dan Citimbang yang berpotensi besar menjadi destinasi wisata alam, meskipun terkendala aksesibilitas

  • Basis Ekonomi Agraris

    Pertanian, khususnya tanaman pangan lahan kering dan perkebunan kopi, menjadi tulang punggung perekonomian warga, meskipun masih dikelola secara tradisional dan dalam skala perorangan

Pasang Disini

Terletak di ujung timur Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Desa Kadumanis menjadi sebuah etalase perjuangan masyarakat perdesaan di tengah tantangan geografis yang berat. Desa yang namanya konon berasal dari manisnya buah durian ini, dalam beberapa waktu terakhir diuji oleh bencana alam yang sempat memutus urat nadi kehidupannya. Kini, dengan semangat gotong royong, warga dan pemerintah desa berupaya memulihkan konektivitas sembari menata kembali potensi ekonomi yang bersumber dari alamnya yang subur dan permai.

Keberadaannya yang diapit oleh perbukitan di kaki Gunung Kumbang memberikan berkah kesuburan tanah sekaligus tantangan kerawanan bencana. Peristiwa longsor dan banjir yang terjadi pada awal tahun 2024 dan berlanjut hingga 2025 menjadi titik krusial yang menguji ketangguhan masyarakat. Akses jalan utama yang merupakan satu-satunya penghubung ke pusat kecamatan dan desa-desa tetangga lumpuh total, mengisolasi ratusan keluarga. Namun dari keterisolasian itu, muncul potret ketahanan warga yang bahu-membahu membuka jalur alternatif dan membangun jembatan darurat, sebuah bukti nyata dari semangat komunal yang masih lestari.

Profil Desa Kadumanis merupakan cerminan dari dinamika pembangunan di wilayah selatan Kabupaten Brebes, di mana potensi sumber daya alam berhadapan langsung dengan tantangan infrastruktur dan mitigasi bencana. Dengan status Indeks Desa Membangun (IDM) pada tahun 2023 yang tergolong "Berkembang" dengan skor 0.6517, desa ini memiliki fondasi untuk melompat lebih tinggi, dengan catatan persoalan mendasar terkait konektivitas dan pengembangan ekonomi dapat ditangani secara komprehensif.

Geografi dan Demografi: Hidup di Jantung Perbukitan

Secara geografis, Desa Kadumanis terkungkung oleh bentang alam yang khas. Letaknya berada di bagian paling timur dari Kecamatan Salem, sebuah wilayah di Kabupaten Brebes yang kental dengan budaya dan bahasa Sunda. Wilayah desa dialiri oleh Sungai Cigunung, sumber air vital bagi pertanian sekaligus ancaman saat musim penghujan tiba.

Berdasarkan data administrasi, Desa Kadumanis memiliki batas-batas wilayah yang jelas. Di sebelah utara dan timur, wilayahnya berbatasan langsung dengan Kecamatan Bantarkawung. Sementara di sisi selatan, desa ini bertetangga dengan Desa Citimbang dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gandoang serta Desa Ganggawang. Posisi ini menempatkannya sebagai salah satu gerbang tidak resmi antara Kecamatan Salem dan Bantarkawung.

Luas wilayah Desa Kadumanis yang mencakup area perbukitan dan lembah belum terdata secara spesifik dalam publikasi statistik termutakhir. Namun, sebagian besar lahannya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, baik sawah tadah hujan maupun perkebunan lahan kering yang menjadi ciri khas pertanian di Kecamatan Salem.

Menurut data Sensus Penduduk 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Desa Kadumanis tercatat sebanyak 844 jiwa. Angka ini menempatkannya sebagai salah satu desa dengan populasi terkecil di Kecamatan Salem, yang total penduduknya mencapai 65.085 jiwa pada tahun 2023. Kepadatan penduduk desa ini tergolong rendah, sejalan dengan karakteristik wilayah perbukitan yang luas. Data demografi yang lebih rinci, seperti sebaran usia dan jenis kelamin, belum tersedia secara spesifik untuk level desa, namun secara umum, struktur populasi di wilayah agraris seperti Salem didominasi oleh usia produktif yang banyak berkiprah di sektor pertanian.

Resiliensi Pasca Bencana: Bangkit dari Keterisolasian

Tahun 2024 dan 2025 menjadi periode yang tidak akan mudah dilupakan oleh warga Desa Kadumanis. Curah hujan dengan intensitas ekstrem memicu serangkaian bencana hidrometeorologi. Tanah longsor menutup total badan jalan kabupaten yang menjadi akses utama, sementara banjir bandang dari Sungai Cigunung memutuskan Jembatan Cigorek, infrastruktur vital yang menghubungkan Kadumanis dengan Desa Gandoang.

Akibatnya, sekitar 210 rumah dengan lebih dari 1.000 jiwa sempat terisolir. Aktivitas ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan lumpuh. Distribusi logistik dan bantuan harus dilakukan dengan cara-cara darurat, termasuk berjalan kaki menembus perbukitan untuk membuka jalur baru. Camat Salem saat itu, Wartoid, dan kemudian Adhitya Trihatmoko, mengoordinasikan respons darurat bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes, TNI, Polri, dan para relawan.

Respons cepat datang dari berbagai pihak. Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat, yang wilayah kerjanya mencakup kawasan hutan di sekitar desa, turut memberikan bantuan material dan tenaga untuk membangun jembatan darurat. "Ini adalah bentuk kepedulian Perhutani. Bantuan perbaikan jembatan ini disamping dalam bentuk bantuan dana, juga dalam bentuk material dan tenaga untuk gotong royong," ujar Asper/KBKPH Salem, Sail, dalam sebuah pernyataan pada Mei 2024.

Kepala Desa Kadumanis, Rosid, mengapresiasi bantuan yang datang dan menegaskan bahwa jembatan tersebut merupakan akses utama warga. Upaya gotong royong warga bersama Satgas PB BPBD Brebes dalam membangun kembali jembatan darurat menunjukkan modal sosial yang kuat di tengah komunitas. Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah akan urgensi pembangunan infrastruktur yang lebih permanen dan tahan bencana di wilayah-wilayah rawan seperti Kadumanis.

Potensi Ekonomi: Pertanian Kopi dan Wisata Alam Tersembunyi

Di balik tantangan bencana, tersimpan potensi ekonomi yang signifikan di Desa Kadumanis. Sektor pertanian menjadi penopang utama kehidupan masyarakat. Lahan kering yang subur sangat potensial untuk pengembangan komoditas bernilai tinggi. Di tingkat Kecamatan Salem, kopi robusta menjadi salah satu produk unggulan, seperti yang dikembangkan di Desa Capar melalui BUMDes-nya. Desa Kadumanis sendiri pernah berpartisipasi dalam Festival BUMDes tingkat kecamatan pada 2019, di mana mereka turut memamerkan produk kopi khas lokal. Potensi ini, jika dikelola dengan baik melalui penguatan kelembagaan BUMDes dan perbaikan pascapanen, dapat menjadi sumber pendapatan alternatif yang menjanjikan.

Selain kopi, hasil pertanian lain yang umum dijumpai di wilayah Salem yakni buah-buahan seperti durian, mangga, dan pisang, serta tanaman pangan lainnya. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani, menggarap lahan milik pribadi maupun lahan Perhutani melalui program perhutanan sosial.

Sektor lain yang memiliki daya tarik besar yaitu pariwisata alam. Desa Kadumanis merupakan rumah bagi beberapa air terjun atau curug yang memesona, di antaranya Air Terjun Cileles dan Air Terjun Citimbang. Aliran Sungai Cigunung juga membentuk beberapa curug lain di sekitarnya seperti Curug Salpi dan Curug Cimunding. Keindahan alam yang masih asri ini menjadi magnet potensial bagi wisatawan.

Akan tetapi, pengembangan sektor ini menghadapi kendala serius. Akses menuju lokasi air terjun yang masih sulit dan curam menjadi tantangan utama. Selain itu, menurut penuturan beberapa warga yang terekam dalam liputan media, masih ada kepercayaan lokal dan mitos yang membuat sebagian masyarakat ragu untuk membuka sepenuhnya potensi wisata tersebut untuk umum. Dibutuhkan pendekatan sosio-kultural yang bijaksana serta investasi infrastruktur jalan yang memadai untuk mengubah potensi tersembunyi ini menjadi motor penggerak ekonomi desa yang berkelanjutan.

Pemerintahan dan Infrastruktur Dasar

Roda pemerintahan di Desa Kadumanis dijalankan oleh seorang kepala desa beserta jajaran perangkatnya. Mereka bertanggung jawab atas administrasi kependudukan, perencanaan pembangunan, dan pengelolaan keuangan desa. Lembaga seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga berperan sebagai mitra dalam menyerap aspirasi dan mengawasi jalannya pemerintahan. Meskipun detail struktur organisasi dan nama-nama aparat desa tidak terpublikasi secara luas, keberadaan pemerintahan desa menjadi sentral, terutama dalam mengoordinasikan upaya pemulihan pasca-bencana.

Di bidang pendidikan, Desa Kadumanis telah memiliki fasilitas dasar yang cukup penting. Terdapat satu Sekolah Dasar, yaitu SD Negeri Kadumanis, yang beralamat di Jalan Sunan Kuning No 01. Selain itu, di desa ini juga berdiri satu lembaga pendidikan menengah pertama, yakni SMP Negeri 6 Salem. Keberadaan dua sekolah ini sangat vital untuk memastikan akses pendidikan dasar dan menengah bagi anak-anak di desa tersebut, sehingga mereka tidak perlu menempuh perjalanan jauh ke pusat kecamatan.

Untuk layanan kesehatan, data spesifik mengenai keberadaan Pusat Kesehatan Desa (PKD) atau Pondok Bersalin Desa (Polindes) di Kadumanis belum tersedia. Warga umumnya mengakses layanan kesehatan yang lebih lengkap di Puskesmas Salem yang berada di ibu kota kecamatan. Ketergantungan pada fasilitas di luar desa ini kembali menggarisbawahi pentingnya konektivitas jalan yang andal setiap saat. Pemulihan dan penguatan infrastruktur jalan dan jembatan tidak hanya penting untuk ekonomi, tetapi juga krusial untuk akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan lanjutan.